Rabu, 13 Januari 2010

MENGAPA PILIH NU ?

Pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya Jawa Timur berdiri organisasi modern Islam pertama di Indonesia yang disebut dengan Nahdatul Ulama (NU). Pendiri NU secara resmi adalah KH. M. Hasyim Asy’ari. Latar belakang berdirinya NU adalah karena dibatalkannya utusan pesantren untuk menghadiri Muktamar Khalifah di Mekah sebab dianggap bukan organisasi resmi. Pada hal utusan pesantren yaitu KH. A. Wahab akan menyampaikan aspirasi kepada dunia Islam agar Kota Mekah di bawah Raja Abdul Aziz bin Saud yang beraliran Wahabi, tidak melarang semua bentuk amaliah keagamaan yang sudah berjalan berpuluh-puluh tahun di tanah arab seperti sistem bermazhab, tawasul, ziarah kubur, maulid nabi dan sebagainya.

Kegagalan utusan pesantren dalam menyampaikan aspirasi, menyadarkan para ulama pengasuh pesantren bahwa perlu wadah sebagai sarana perjuangan bagi para ulama dalam menegakkan syariat Islam. Berdirilah organisasi yang dapat mewakili ulama dan komunitasnya yaitu Nahdatul Ulama (NU). Pada awal perjuangannya NU hanya konsisten pada menjaga paham Ahlusunnah Waljamaah yang menganut salah satu dari 4 mazhab (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali) terhadap serangan penganut ajaran Wahabi.

Umat Islam di Provinsi Jambi sejak zaman dahulu sudah menerapkan faham Nahdatul Ulama. Artinya walaupun masyarakat Jambi belum mengenal NU akan tetapi ajaran-ajaran Islam dari para Kyai atau Guru sudah menerapkan konsep Ahlussunah Waljamaah. Konsep NU baru dikenal masyarakat Jambi setelah Kemerdekaan RI 1945. Tokoh yang memperkenalkan konsep NU di Jambi adalah KH. MO. Bafadhal. Nahdatul Ulama baru berkembang pesat setelah hasil Muktamar NU ke 19 pada tahun 1952 di Palembang yang menjadikan NU sebagai Partai Politik dan ikut dalam Pemilihan Umum. Sejak itu NU di Provinsi Jambi semakin berkembang pesat. Basis NU kala itu adalah di Pondok Pesantren yang ada di Seberang Kota Jambi seperti Pesantren As’ad di bawah pimpinan KH. Abdul Qodir Ibrahim, Pesantren Nurul Islam di bawah pimpinan KH. Kemas Abd. Somad dan sebagainya. Melalui pesantren inilah NU berkembang sampai ke pelosok-pelosok Provinsi Jambi. Para santri yang berasal dari kampung-kampung terpencil menjadi pioner dan sebagai agen dakwah Islam. Bahkan tidak sedikit yang menjadi pejabat dan pimpinan tertinggi di Provinsi Jambi.

Tujuan didirikan NU dapat dilihat dalam pasal 3 Statuten Perkumpulan NU (1933) yakni : mengadakan perhubungan diantara ulama-ulama yang bermazhab, memeriksa kitab-kitab apakah itu dari Kitab Ahlusunnah Waljamaah atau Kitab-Kitab Ahli Bid’ah, menyiarkan agama Islam dengan cara apa saja yang halal, berikhtiar memperbanyak madrasah, mesjid, surau dan pondok pesantren. Begitu juga dengan hal ihwalnya anak yatim dan orang-orang fakir miskin, serta mendirikan badan-badan untuk memajukan urusan pertanian, perniagaan yang tidak dilarang oleh syarak agama Islam. Dengan pesatnya perkembangan dan kemajuan zaman, perubahan sudah tidak dapat dielakkan lagi. Islam sendiri sangat mentolerir perubahan. Arah, Visi dan Misi Nahdatul Ulama mengalami perubahan seiring dengan berubahnya pucuk pimpinan. Gerakan NU berkembang tidak saja pada bidang agama dan pendidikan akan tetapi juga bidang sosial, ekonomi, sains dan teknologi serta dunia infomatika.